Puisiku ^,^


Nandhang Asmara
Dening : Laila Purnama Rahmah S

            Nalika langit peteng kagubeng dening mendung....
            Tanpa angin tanpa wicara...
            Tanpa lagon tanpa gending...
            Wewayanganmu tansah anggawang-nggawang
            Kaya ora gelem sirna ana ing piker

            Apa aku lagi nandhang asmara
            Tambah gregeting manahku nalika ketemu
            Tresnaku sayekti suci
            Muga-muga sliramu bisa nampa ati iki
            Atimu kang wingit mara selehna ing dhadhaku,
            Atimu kang wengis mara tumpangna ing tanganku.
            Sauntara wengi sansaya tumlawung ing palung samun

            Duh kang mas…
            Sliramu kang nduweni ati iki
            Aja gawe atiku cidra lan kuciwa
            Tekamu tansah tak enteni saben dina
            Sing muga bisa nglipur lara
            Bebasan lahang karoban madu
            Luwih manis sliramu

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Ini cerita Ku :-)

Fairy Kecil
Disaat segalanya masih berbeda, disaat diri ini tak mempunyai apa-apa, terkisah sebuah kenangan kecil saat usiaku masih sangat belia. Kala itu semuanya masih berbeda, aku hanyalah seorang anak penjual mainan. Cemooh dan ejekan dari teman-teman rasanya sudah hal biasa aku dengar, namun ibu slalu berkata padaku “Bersabarlah nak, semua pasti akan berubah!”. Hal itulah yang slalu membuatku tegar menghadapi cobaan ini.
            Pada suatu hari, seperti biasa aku berangkat sekolah bersama ibuku. Saat itu aku masih duduk di bangku sekolah dasar dan disaat itu pula ibuku masih bekerja menjadi penjual mainan di depan sekolahku. Dari awal aku bersekolah, slalu aku pakai sepasang sepatu kecil pemberian teman ayahku. Walau sepatu itu  sudah lama dipakai, mungkin masih pantas ku kenakan. Karena itulah, banyak teman-teman mengejekku, mencemoohku, bahkan mereka tega menginjak-injak sepatuku.
            Hingga suatu hari aku meminta pada ibuku untuk dibelikan sepatu baru. Namun ibuku hanya tersenyum dan berkata “Maafkan ibumu ini nak!”.
            Aku tak tega saat melihat linangan air mata membasahi pipi ibuku. Dan aku tersadar, mungkin tak sebaiknya aku meminta sepatu baru pada ibuku. Akhirnya aku berkata pada ibuku “Ibu, Lila ikhlas memakai sepatu ini. Ibu tak usah bersedih lagi, maafkan Lila bu!”
            Ibu hanya menghela nafas dan memeluk erat tubuhku, mungkin ibu merasa sedih karena mendengar perkataanku. Ku hanya dapat terdiam dan terpaku melihat ibu. Tak lama kemudian ibu berkata “Fairy kecil yang baik, ibu sayang Fairy!” ibu pun tersenyum lebar.
            Semenjak kejadian itu, aku sering di panggil oleh ke dua orang tuaku dengan nama Fairy yang berarti peri.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments